Pages

61 hari mati suri.

Tulisan-tulisanmu tidak akan pernah terbaca orang banyak.

Kalaupun iya, harus ada pertanyaan tambahan yang muncul disana. Apakah memang itu yang kamu harapkan? Mengarang sebuah cerita mendayu yang diselingi kejadian manis pengundang rona merah di pipi lalu menjualnya pada penerbit megah, mengabarkan pada kerabat dan saudara dan ‘memerintah’ mereka membeli secepatnya untuk selanjutnya menunggu ‘compliment’ berupa pujian dan ucapan ‘tulisan yang bagus sekali, gak nyangka bisa nulis’

Sekali lagi apakah itu yang diharapkan?
Kamu menjawab secepatnya walau tanpa suara, hatimu menggeleng. Selama ini tulisanmu hanya jejak perbincanganmu dengan cermin. Mereka hanya temanmu saat sendiri di rumah dan pikiran berkecamuk diwarnai percikan-percikan drama kecil disana. Siapa yang perlu untuk menjual teman?

Di usiamu, kamu masih percaya bahwa sesuatu apapun yang ‘terlalu’ digantungi label rupiah selamanya tidak akan menjadi berkah. Keringat dan perasan pikiranmu tak lagi begitu berarti jika diiringi harapan rekening tabungan menggembung atau predikat ‘hebat’ yang disandangkan entah oleh siapa.

Jadi sekarang langkah selanjutnya adalah: menulis saja. Dengan kata ‘saja’ yang digarisbawahi dan dicetak tebal.

Meskipun tulisan-tulisanmu teronggok dalam blog yang pengunjungnya tak juga bertambah. Meskipun tak menjadi incaran penerbit besar ataupun menang dalam kompetisi dan ditepuktangani banyak orang. Sekali lagi dan tanpa suara hatimu merindukan diskusi kamu dan tulisanmu, ada dorongan cukup kuat untuk kembali di meja perbincangan itu.

Menulis saja. Ya?

btemplates

0 comments: