Pages

saya benci rumus itu. setengah mati

Saya benci rumus itu. Setengah mati.
P(a) = n(a) / n(s)
P(a) itu peluang munculnya kejadian a. n(a) itu adalah titik sampel dimana kejadian a yang kita harapkan bisa saja terjadi. Dan n(s) adalah ruang sampel, maksudnya adalah total kemungkinan yang ada.
Contohnya mudahnya sih begini. Dalam sebuah arena permainan anak terdapat bak besar berisi bola warna-warni. Lalu dengan mata tertutup dan secara random seorang yang iseng ingin mengambil bola berwarna merah. Peluang terambilnya bola berwarna merah bisa saja dihitung.( Konyol sebenarnya…mana ada orang yang benar-benar iseng datang ke tempat permainan dan iseng menutup mata dan berharap mengambil bola merah.)
Yah..mari kita hitung. Misalkan bola didalam bak besar itu ada 5000 buah. Dan setelah orang iseng itu bertanya pada supervisor ternyata bola merah hanya terdapat sebanyak 650 buah. Maka peluang terambilnya bola merah adalah
P(a)= 650/5000=0.13
(perlu diketahui pula peluang terkecil itu adalah nol dan terbesar adalah 1. Jadi kesimpulannya si orang iseng itu peluang sukses memegang bola berwarna merah adalah kecil sekali)
Mengerti? Saya harap mengerti. Tapi tolong jangan bilang-bilang dosen saya di jurusan mateatika sana kalu salah satu lulusannya mengemukakan contoh kasus sebodoh ini.
Saya benci rumus itu. Setengah mati.
P(a) = n(a)/n(s)
Pernah mendengar sebuah kalimat bijak klasik ‘hidup itu sebuah pilihan’. Tanpa saya tau siapa pencetus pertamanya saya bisa langsung mengira bahwa ini ada hubungannya dengan rumus di atas. Konspirasi baru (aha..!!)
Mau bagaimana pun harus selalu ada yang dipilih dari jutaan kemungkinan yang ada. Beruntunglah sebenarnya anda yang berperan sebagai orang iseng itu. Tidak beruntunglah anda yang berperan sebagai bola merwah atau kuning atau hijau di dalam bak besar bercampur aduk dengan tangis dan tawa anak-anak.
Beruntung kenapa? Karena peluang itu selalu ada. Selama pengharapan ada. Saat n(a) tidak sama dengan nol maa peluang pun tida mungkin nol. Jadi tugas orang iseng hanya berharap. Lalu munculah peluang.
Tidak beruntung kenapa? Karena pilihan itu tidak mungkin punya pilihan lagi. dia hanya bisa berjubel disana tidak diberi harapan. Tidak mungkin membentuk P(a). diam saja.
Saya benci rumus itu. Setengah mati.
Karena hari ini hidup menempatkan saya untuk tak berpeluang. Saya sedang menyerupai bola kuning. Sedangkan dia sedang memerankan orang iseng pendamba bola merah. Bukan kuning. Bukan saya.
Saya benci rumus itu. Setengah mati.
Semoga dalam kasus berikutnya ada orang iseng lain yang datang ke arena bermain dan kebetulan lebih suka warna kuning disbanding warna lain.

btemplates

0 comments: